Oleh : Prof. Muhlisin (Guru Besar FTIK UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)
Bulan Ramadhan adalah salah satu bulan yang sangat dinantikan kehadirannya oleh kaum muslimin dimuka bumi. Ramadlan memiliki dayat magnit yang sangat tinggi karena kaum muslimin pada umumnya memanfaatkannya sebagai saat yang tepat untuk evaluasi diri, meningkatkan ibadah, serta mempererat hubungan sosial dengan sesama. Di era digital saat ini, bulan Ramadhan juga memberikan tantangan baru dalam berinteraksi, dalam praktik keseharian secara real maupun kesibukan lewat internet. Literasi penggunaan social media menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa kaum muslimin dapat memanfaatkan teknologi secara bijak dan positif selama mengarungi bulan suci ini.
Akses internet di Indonesia terus mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2024, lebih dari 221 juta penduduk Indonesia atau sekitar 79,5% dari populasi telah menggunakan internet. Jumlah ini mengalami peningkatan signifikan, sebagaimana dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang mencatat prosentase kenaikan sebesar 2,67% dari periode 2022-2023. Ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh media sosial dalam kehidupan masyarakat. Media sosial menawarkan banyak keuntungan, mulai dari kemudahan berkomunikasi, berbagi informasi, hingga memperluas jaringan sosial. Sekain itu, media sosial juga sangat rentan terhadap problematika, terutama di bidang literasi digital. Literasi media sosial merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami dan menggunakan platform digital secara kritis dan bijak. Ini termasuk kemampuan untuk memilih informasi yang tepat, menghindari penyebaran berita hoaks, dan menjaga etika berkomunikasi di dunia maya. Mengingat betapa besar pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik dan interaksi sosial, penting bagi setiap individu, terutama di bulan Ramadhan, untuk memiliki literasi media sosial yang baik.
Tantangan Literasi Media Sosial di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan menjadi waktu yang sangat rentan terhadap penyalahgunaan media sosial. Di satu sisi, banyak umat Muslim yang mencari informasi seputar ibadah, tips berpuasa, dan kajian agama melalui platform digital. Sebaliknya, media sosial juga menjadi lahan subur bagi penyebaran informasi yang kurang valid dan hoaks sehingga dapat mengganggu kekhusyukan ibadah. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah merilis data bahwa terhadap 1.923 konten hoaks yang tersebar selama tahun 2024. Data tersebut meluputi beragam bentuk berita bohong, informasi palsu, dan dokumen elektronik berisi unsur negatif yang berpotensi melanggar regulasi. Potret tersebut tentu turut mempengaruhi cara umat Muslim memahami berbagai informasi yang berkaitan dengan hajat digitalnya.
Selain itu, fenomena "Ramadhan Challenge" atau tantangan di media sosial, yang berfokus pada berbagi momen selama berpuasa, kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan. Tidak sedikit pengguna media sosial yang merasa tekanan untuk memamerkan aktivitas religius mereka di dunia maya, seperti berbagi foto berbuka puasa atau kegiatan sahur yang mewah. Hal ini bisa menyebabkan kecemburuan sosial dan kesenjangan di antara pengguna, khususnya bagi pihak masyarakat yang rentan terhadap ketidakberdayaan secara ekonomi.
Urgensi Literasi Media Sosial di Bulan Ramadhan
Urgensi tentang literasi social media selama bulan Ramadhan tidak bisa dipandang sebelah mata. Di bulan yang penuh dengan magnet beragam peribatan ini, kaum Muslimin diharapkan dapat memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang positif, seperti berbagi ilmu, mempererat ukhuwah Islamiyah, dan mengedukasi satu sama lain. Namun, semua ini hanya dapat tercapai jika setiap individu memiliki pemahaman yang baik tentang cara menggunakan media sosial secara bijak. Sudah saatnya umat Muslim membudayakan pennggunaan media sosial secara bijak, selalu memeriksa sumber informasi, dan menghindari ikut menyebarkan konten yang belum diverifikasi kebenarannya. Menjaga kualitas informasi yang disebarkan akan memberikan manfaat lebih besar bagi umat, dibandingkan hanya mengejar popularitas di dunia maya.
Di bulan Ramadhan, umat Islam diajarkan untuk memproteksi hati dan pemikirannya agar dapat menghalau dari beragam content negatif. Media sosial, dengan segala kemudahan dan cepatnya penyebaran informasi, dapat menjadi tempat yang mudah untuk menyebarkan kebencian, fitnah, atau ujaran kebencian. Pengguna media sosial yang tidak memiliki literasi yang baik seringkali terjebak dalam percakapan yang merugikan, baik secara pribadi maupun secara sosial. Sebuah studi secara on line oleh lembaga Populix, periode tanggal 22-25 Februari 2024, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan konsumsi internet selama bulan Ramadhan 1445 Hijriah. Umumnya, peningkatan secara drsatis tersebut untuk kepentingan komunikasi, hiburan berbagai konten digital lainnya. Adapun platform streaming video YouTube menempati posisi sebagai platform digital yang paling banyak diminati (70 persen) dibandingkankan televisi yang hanya mencapai 49 persen. Layanan streaming video YouTube sangat diminati karena keragaman informasinya sehingga pengguna dapat memilih sesuai dengan tema yang dikehendakinya. Oleh karena itu, literasi media sosial yang baik harus mencakup pemahaman tentang pentingnya menjaga konten yang diposting, menghindari perdebatan yang tidak perlu, dan berusaha untuk selalu menyebarkan pesan yang positif.
Meskipun media sosial memiliki tantangan, bulan Ramadhan juga menawarkan peluang besar untuk menggunakannya sebagai sarana untuk berdakwah, berbagi ilmu, dan meningkatkan kepedulian sosial. Banyak konten positif yang dapat disebarkan, seperti kajian agama, tips berpuasa yang sehat, atau kegiatan sosial yang mengajak umat untuk berbagi kepada sesama. Dengan demikian, selama bulan Ramadhan pengguna dapat mencari konten positif yang berhubungan dengan ibadah dan kegiatan sosial. Ini menunjukkan bahwa media sosial dapat berperan sebagai media dakwah untuk menebarkan pesan-pesan keagamaan yang penuh dengan Kebajikan.
Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat istimewa untuk meningkatkan kualitas ibadah dan hubungan sosial. Di tengah kecanggihan teknologi dan meluasnya penggunaan media sosial, penting bagi setiap individu untuk memiliki literasi media sosial yang baik. Literasi ini bukan hanya tentang kemampuan untuk menggunakan media sosial dengan efektif, tetapi juga tentang kemampuan untuk menyaring informasi, menjaga etika komunikasi, dan memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang bermanfaat. Dengan literasi yang baik, kita dapat menghindari dampak negatif media sosial dan memaksimalkan manfaat yang dapat diberikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk umat secara keseluruhan. Melalui magnet ubudiyah selama bulan Ramadhan, kita semsetinya manfaatkan teknologi dengan bijak, tidak hanya untuk memperkuat ibadah, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan digital yang positif, sehat, dan mendidik.
0 Comments