Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu
Hadirin
dan hadirat yang berbahagia
Pada hari yang penuh kebahagiaan ini, marilah kita semakin pandai bersyukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan beragam kenikmatan yang tidak bisa dihitung dengan materi, berupa kesehatan, keimanan, keislaman dan keihsanan sehingga kita mampu melangkahkah kaki untuk menghadiri ibadah di masjid Baitul muttaqin Desa Kuryokalangan ini. Hari ini kita berkesempatan untuk menjalankan shalat Idul Adha dan menyimak uraian khutbah dengan tema Qurban: Ibadah Sosial Sebagai Investasi Kebahagiaan Ukhrowi. Idul Adha merupakan momen yang sangat berharga, di mana kita memperingati kisah pengorbanan Nabiyullah Ibrahym alaihissalam dan ketaatan putranya, Nabiyullah Ismail alahissalam. Darinya, kita belajar perihal pentingnya mental berkorban dan mental taat pada Sang Ilahi.
Salam dan shalawat tek henti-hentinya kita haturkan kepada khatamul anbiya walmursalim, Muhammad SAW yang diberikan kewenangan oleh Allah Swt untuk menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat di muka bumi. Semoga kita semua dapat mengikuti sunnah2nya secara istiqomah dan kelak mampu memanen syafaat Nabi Muhammad di hari Kiamat, Amin Ya Mujibassalin.
Selaku khatib, pada kesempatan ini ijinkalah kami berwasiat pada diri sendiri dan seluruh yang hadir, untuk bermuhasabah dengan memupuk keimanan dan ketakwaan kepada Allah Azza Wajalla. Taqwa merupakan modal utama untuk menjadi hamba Allah yang memiliki derajat kemanusiaan dan keberagamaan secara lebih baik. Dengan derajat taqwa yang luhur, insyaallah kita akan terjaga keislamannya hingga akhir hayat.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS, Ali Imran: 102)
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu
Hadirin
dan hadirat yang berbahagia
Pada hari ini, umat Islam di muka bumi mengagungkan asma Allah melalui bacaan takbir, tahmid dan tahlil, sebagai wujud kegembiraan atas hadirnya hari raya idul adha 1445 H. Melalui Idul Adha, kita belajar peristiwa bersejarah tentang keberadaan Nabiyullah Ibrahim bersama istri dan anaknya, nabiyullah Ismail. Napak tilas sejarah kenabian Ibrahim menjadi inspirasi dan referensi pada proses ubudiyah haji, yang dikenal sebagai rukun Islam ke-5. Selain mengandung ibadah ritual, Idul Adha juga menjadi saat yang tepat untuk merenungkan pentingnya ibadah sosial dalam. Dalam ajaran Islam, ibadah tidak hanya terbatas pada hubungan kita dengan Allah SWT yang cenderung bersifat ritual (hablu minallah) tetapi juga mencakup hubungan kita dengan sesama manusia (hablu minannas) yang berdimensi ibadah sosial.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu
Hadirin dan hadirat yang berbahagia,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ
اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ
يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar. (QS, Aṣ-Ṣāffāt:102)
Ibadah qurban merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki makna ritual, spiritual dan sosial sekaligus. Qurban bukan hanya sekadar penyembelihan hewan, tetapi juga terkait dengan karakter kepedulian sosial dan keikhlasan berbagi rezeki kepada yang membutuhkan. Inilah yang menjadi essensi ketaqwaan. Hal tersebut sejalan dengan firmanNya dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 37:
لَنْ
يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ
عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: Daging
(hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah,
tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (
QS, Al-Hajj: ayat 37)
Dari ayat ini, kita diingatkan bahwa yang paling penting dari ibadah qurban adalah ketakwaan. Ketakwaan yang tercermin dari kepedulian untuk berbagi dengan sesame kaum lemah Inilah investasi kebahagiaan ukhrowi, di mana setiap amal kebaikan yang didedikasikan untuk kepentingan sosial akan menjadi tabungan kebahagiaan di akhirat kelak.
Dengan demikian Qurban tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, tetapi juga mendekatkan sesama hamba yang di dalamnya terdapat misi kemanusiaan. Dengan berqurban, kita terlatih untuk berbagi nikmat kepada saudara-saudara kita yang kurang mampu. Inilah saatnya bagi kita untuk meningkatkan kepekaan sosial. Semangat berqurban hendaknya menjadi budaya kita dalam mengarungi samudera kehidupan yang diwarnai beragam status sosial.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Sebagai perwujudan ibadah sosial, Ibadah Qurban mengandung beragam Pelajaran penting yang patut dibiasakan dalam kehidupan nyata.
Pertama, pelajaran tentang keikhlasan dan ketaatan. Keikhlasan
dan ketaatan adalah dua nilai utama yang diajarkan dalam ibadah qurban. Nabi
Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS telah memberikan ketedanan mengenai ketaatan
secara total kepada Allah SWT, meskipun
perintah-Nya sangat berat. Keiklasan dan
ketulusan hanya akan terwujud, apabila seseorang mampu menata niat dalam
keseluruahan ibadah yang hanya
semata-mata karena Allah, tidak ada unsur riya dan sombong. Hal
tersebut seirama dengan penegasan Allah dalam Quran Surat Al-An‘ām ayat 162.
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Artinya :
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. ( QS. Al-An‘ām:162)
Kedua,
Pelajaran tentang Pengorbanan dan Ketulusan. Ibadah Qurban melatih
seorang Muslim untuk rela berkorban demi kebaikan orang lain. Pengorbanan merupakan simbol ketulusan hati dalam
membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan. Kondisi tersebut sejalan
dengan firman Allah dalam surat Al-An‘ām
ayat 79.
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Dalam Upaya memberikan motivasi sekaligus peringatan bagi umatnya yang berkemampuan dalam urusan rezeki di saat hari raya Idul Adha tiba, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang memiliki kelapangan (harta) tetapi tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati
tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu
Hadirin
dan hadirat yang berbahagia
Pelajaran ketiga adalah kesabaran dan kemandirian. Sikap Nabiyullah Ibrahim mengajarkan karakter kesabaran yang luar biasa. Kesabarannya menerima perintah Allah tanpa sedikit pun ragu atau mengeluh menunjukkan karakter Nabi ibrahim yang sangat tangguh. Kemandirian sikap nabiyullah Ibrahim juga tercermin pada pengambilan keputusan secara bulat tanpa terpengaruh oleh pemikiran dan bisikan dari siapapun. Situasi tersebut sesui dengan firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 200.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. Ali Imran: 200).
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ
وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ
شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya: Tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
sangat berat siksaan-Nya. (QS. Al-maidah: 2)
Untuk kepentingan solidaritas sosial, kita juga dapat
menyandarkan pada perintah Allah yang diamanatkan dalam Surat Annisa ayat 8.
وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى
وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
Artinya: Apabila (saat) pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik (QS, Annisa : 8)
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Selain pelajaran yang berharga di atas, ibadah qurban juga
berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan, di mana seluruh masyarakat
memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang bergizi. Dalam konteks ini,
qurban berkontribusi nyata karena daging qurban disalurkan kepada mereka yang
membutuhkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein masyarakat yang mungkin
sulit diakses oleh sebagian besar masyarakat. Selain itu, Permintaan hewan
qurban yang meningkat menjelang Idul Adha memberikan dampak positif terhadap
perekonomian para peternak, membantu mereka meningkatkan pendapatan dan
keberlanjutan usaha peternakan. Dengan demikian maka masyarakat
mendapatkan sumber pangan yang berkualitas tinggi dan bermanfaat untuk
kesehatan fisik.
Di hari yang penuh berkah ini, marilah kita bertekad untuk
meningkatkan ibadah sosial sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah SWT, melalui
ibadah Qurban. Apabila pada tahun ini belum berkemampuan, kita dapat
menunaikannya pada tahun mendatang, apabila kita telah memiliki rezeki yang
memadai. Meskipun tahun ini kita belum mampu berqurban, kita tetap dapat
meningkatkan rasa empati dan solidaritas sosial dengan cara mengaktifkan diri
dalam kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan kita, membantu mereka yang membutuhkan,
dan selalu berbagi kebahagiaan dengan sesama manusia sesuai dengan kemampuan
dan keahlian kita masing-maisng. Marilah kita senantiasa belajar menjadi
manusia yang bermanfaat bagi orang lain,dan selalu siap membantu
hajat publik. Dampaknya, kita tidak hanya memperoleh kebahagiaan di
dunia, tetapi juga dapat meningkatkan investasi kebahagiaan di
akhirat, kehidupan kekal yang abadi.
Di akhir khutbah ini, Marilah kita berdoa kepada Allah SWT
semoga saudara-saudara kita yang sedang menjalankan ibadah haji di tanah
suci diberikan Kesehatan yang prima sehingga dapat mengerjakan seluruh prosesi
haji, dan mendapatkan predikat haji yang mabrur. Kita juga tentu mendoakan
kepada Saudara-saudara kita yang beribadah Qurban pada tahun ini, semoga
Ibadahnya diterima oleh Allah Swt. Dan
secara khusus kita juga berdoa semoga kita semua senantiasa istiqomah dalam
keadaan Iman, Islam dan Ihsan, Amin Ya Mujibassailin.
0 Comments