Setiap
tanggal 26 Juni, public dunia selalu memperingatinya sebagai Hari Anti
Narkotika Internasional. Sejarahnya dimulai dari Resolusi
42/112 tanggal 7 Desember 1987, pada sidang yang diselenggarakan oleh United
Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). Resolusi tersebut dideklarasikan
dalam rangka memperkuat tindakan dan kerja sama yang strategis untuk mewujudkan
masyarakat internasional yang bebas narkoba. Sebagaimana informasi yang
dilansir pada situs Badan Narkotika Nasional (BNN), tema yang diangkat pada
tahun 2024 yaitu Masyarakat Bergerak, Bersama Melawan Narkoba Mewujudkan
Indonesia Bersinar. Bersinar merupakan
singkatan dari bersih narkoba. Tema ini sangat tepat, sejalan dengan visi besar
bangsa Indonesia yang memimpikan menuju Indonesia Emas pada usia ke 100 ulang
tahun kemerdekaan NKRI.
Seluruh elemen bangsa Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk mencapai visi besar pada tahun 2045, yang dikenal sebagai Indonesia Emas. Visi ini bertujuan untuk menciptakan negara yang makmur, sejahtera, dan berdaya saing tinggi di kancah global. Salah satu kunci utama untuk mewujudkan visi ini adalah dengan memastikan bahwa generasi muda,sebagai penerus bangsa, harus bebas dari ancaman narkoba. Narkoba merupakan salah satu ancaman serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Tidak hanya merusak kesehatan fisik dan mental individu, narkoba juga merusak tatanan sosial dan menghambat pembangunan nasional. Menurut data survey prevalensi penyelahgunaan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), di tahun 2023 terdapat sekitar 3,33 juta konsumen narkoba di negara kita, yang sebagian dari mereka adalah generasi muda. Generasi muda merupakan aset berharga yang akan menentukan masa depan bangsa. Mereka diharapkan dapat menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak pembangunan. Namun, ancaman narkoba menjadi salah satu tantangan serius yang dapat merusak potensi iniHal ini menunjukkan betapa pentingnya upaya untuk memberantas narkoba demi melindungi masa depan bangsa.
Pemerintah sebenarnya telah berikhtiar melakukan berbagai usaha startegis untuk menanggulangi problem konsumsi narkoba tersebut. Pemerintah melalui instansi di bidang penegakan hukum telah memberikan ketegasan hukum terhadap para pembuat, distibutor, pengecer hingga para konsumennya secara terus menerus tanpa lelah dan selalu ditingkatkan frekuensinya. Kerjasama antara aparat keamanan, seperti kepolisian dan BNN, terus diperkuat untuk memastikan bahwa jaringan narkoba dapat diberantas hingga ke akarnya. Pemerintah juga telah membina para korban yang sudah terlanjur terjerat narkoba, melalui program rehabilitasi untuk membantu mereka agar dapat segera pulih. Untuk menangani narkoba, BNN mempunyai empat strategi, yaitu : Pendekatan Soft Power, Pendekatan Smart Power, Pendekatan Hard Power dan Pendekatan Kerjasama.
Selain penegakan hukum, pemerintah tidak boleh patah semangat melakukan upaya preventif bagi generasi bangsa sejak usia dini, melalui pendidikan Pendidikan mengenai bahaya narkoba harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan pendidikan formal dan pendidikan non formal. Kurikulum pendidikan perlu memasukkan materi tentang bahaya narkoba dan cara pencegahannya. Pencegahan narkoba melalui pendidikan harus dikemas secara akseleratif menyesuaikan dengan trend peruabahan zaman, di antaranya melalui media sosial dan berbagai platform digital yang punya pengaruh signifikan terhadap meningkat kesadaran masyarakat agar menjauhi bahkan anti terhadap narkoba.
Pendidikan Agama: Variabel Pencegahan Narkoba
Pendidikan agama merupakan salah satu bidang yang sangat strategis dalam membentukan karakter individu dan karakter public. Dengan pengetahuan agama yang sangat memadai dalam berbagai persepktif, seseorang akan lebih mampu menolak godaan narkoba dan memilih jalan hidup yang sehat dan bermartabat. Ajaran agama menekankan pentingnya hidup dengan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan cinta kasih. Nilai-nilai ini membekali individu dengan landasan yang kuat untuk menolak segala bentuk penyalahgunaan narkoba. Pendidikan agama memperkuat aspek spiritual seseorang, memberikan makna dan tujuan hidup yang lebih tinggi. Dengan demikian, individu tidak mudah terjerumus ke dalam perilaku destruktif seperti penyalahgunaan narkoba karena memiliki pandangan hidup yang lebih luas dan bermakna. Melalui pendidikan agama, individu dibentuk menjadi pribadi yang berkarakter kuat, disiplin, dan memiliki kontrol diri yang baik. Karakter yang kuat ini menjadi tameng efektif dalam menghadapi berbagai tekanan dan godaan, termasuk narkoba yang berpotensi merusak masa depan kemanusiaan.
Untuk
memaksimalkan peran pendidikan agama dalam memerangi narkoba, beberapa langkah
strategis dapat diambil oleh para pemangku kebijakan. Pendidikan agama harus
diintegrasikan dengan baik dalam kurikulum. Materi tentang bahaya narkoba dan
cara menghindarinya perlu dimasukkan dalam pendidikan agama, sehingga peserta
didik mendapatkan pemahaman yang komprehensif sejak dini. Agar kurikulum
tersebut dapat diinternalisasi dengan batik, Guru agama perlu mendapatkan
pelatihan khusus tentang cara menyampaikan materi terkait bahaya narkoba dan
pencegahannya. Dengan pembekalan secara intensif, para guru agama berperan
sebagai lokomotif perubahan moral yang strategis dalam menyebarkan kampanye anti
narkoba secara terstruktur,sistematis dan massif.
Selan itu, lembaga pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan lembaga keagamaan yang mengurusi rumah ibadah, seperti masjid, gereja, kelenteng, dan pura. Melalui kegiatan keagamaan, pesan anti narkoba dapat disampaikan secara lebih luas dan mendalam kepada masyarakat. Kemitraan tersebut juga diimbangi dengan kolaborasi dengan unsur kepala keluarga. Keluarga sebagai entitas pembina generasi yang pertama dan utama dalam masyarakat juga harus dilibatkan dalam pendidikan agama. Orang tua harus diberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan agama dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, sehingga mereka dapat mendukung dan memperkuat pendidikan agama di rumah. Keluarga adalah benteng pertama dalam melindungi generasi muda dari bahaya narkoba. Orang tua harus memberikan pendidikan dan teladan yang baik serta menciptakan kondisi internal keluarga yang nyaman, aman dan ramah terhadap beragam bakat minat anggota keluarganya secara kondusif.
Beberapa studi menunjukkan bahwa implementasi pendidikan agama yang tepat dapat secara signifikan mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba. Kajian yang telah diinisiasi oleh mayoritas lembaga Pendidikan tinggi menunjukkan bahwa generasi muda yang aktif dalam kegiatan keagamaan cenderung memiliki risiko lebih rendah untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Selain itu, program pendidikan agama yang dijalankan oleh pesantren-pesantren di Indonesia terbukti efektif dalam membentuk karakter santri yang kuat dan menjauhkan mereka dari pengaruh narkoba. Intinya Generasi muda harus diajak aktif berpartisipasi dalam kegiatan positif, seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial lainnya. Dengan begitu, mereka akan lebih memiliki kesibukan yang bermanfaat dan menjauhi narkoba.
Mewujudkan generasi Indonesia Emas tanpa narkoba bukanlah tugas yang ringan, namun juga tidak terlalu berat apabila diupayakan secara serius. Dengan semangat kolaborasi dan komitmen dari seluruh elemen bangsa, cita-cita ini dapat diwujudkan. Generasi muda Indonesia harus dilindungi dan dipersiapkan dengan baik agar mereka dapat menjadi pilar utama dalam mengidealkan Indonesia sebagai negara yang mampu berkompetisi dan berkontestasi secara terbuka di tahun 2045. Pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam memerangi penyalahgunaan narkoba. Melalui nilai-nilai moral, kekuatan spiritual, dan pembentukan karakter yang kuat, pendidikan agama mampu menjadi benteng yang kokoh dalam melindungi generasi muda dari ancaman narkoba. Oleh karena itu, integrasi pendidikan agama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kurikulum pendidikan formal dan kegiatan keluarga, sangatlah penting untuk menciptakan masyarakat yang bebas narkoba. Sebagai ikhiar spritual yang diseleraskan dengan kebudayaan dan kearifan lokal, pendidikan agama diharapkan mampu meyiapkan generasi yang berakhlak mulia secara batiniyah, fikriyah, jasmaniyah serta memiliki keselarasan dengan alam semesta, yang menjadi kunci pengamalan agama yang rahmatan lil alamin. Wallahu A’almu bisshawab. (Tulisan ini telah dimuat pada Suara Merdeka pada edisi 26 Juni 2024)
Seluruh elemen bangsa Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk mencapai visi besar pada tahun 2045, yang dikenal sebagai Indonesia Emas. Visi ini bertujuan untuk menciptakan negara yang makmur, sejahtera, dan berdaya saing tinggi di kancah global. Salah satu kunci utama untuk mewujudkan visi ini adalah dengan memastikan bahwa generasi muda,sebagai penerus bangsa, harus bebas dari ancaman narkoba. Narkoba merupakan salah satu ancaman serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Tidak hanya merusak kesehatan fisik dan mental individu, narkoba juga merusak tatanan sosial dan menghambat pembangunan nasional. Menurut data survey prevalensi penyelahgunaan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), di tahun 2023 terdapat sekitar 3,33 juta konsumen narkoba di negara kita, yang sebagian dari mereka adalah generasi muda. Generasi muda merupakan aset berharga yang akan menentukan masa depan bangsa. Mereka diharapkan dapat menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak pembangunan. Namun, ancaman narkoba menjadi salah satu tantangan serius yang dapat merusak potensi iniHal ini menunjukkan betapa pentingnya upaya untuk memberantas narkoba demi melindungi masa depan bangsa.
Pemerintah sebenarnya telah berikhtiar melakukan berbagai usaha startegis untuk menanggulangi problem konsumsi narkoba tersebut. Pemerintah melalui instansi di bidang penegakan hukum telah memberikan ketegasan hukum terhadap para pembuat, distibutor, pengecer hingga para konsumennya secara terus menerus tanpa lelah dan selalu ditingkatkan frekuensinya. Kerjasama antara aparat keamanan, seperti kepolisian dan BNN, terus diperkuat untuk memastikan bahwa jaringan narkoba dapat diberantas hingga ke akarnya. Pemerintah juga telah membina para korban yang sudah terlanjur terjerat narkoba, melalui program rehabilitasi untuk membantu mereka agar dapat segera pulih. Untuk menangani narkoba, BNN mempunyai empat strategi, yaitu : Pendekatan Soft Power, Pendekatan Smart Power, Pendekatan Hard Power dan Pendekatan Kerjasama.
Selain penegakan hukum, pemerintah tidak boleh patah semangat melakukan upaya preventif bagi generasi bangsa sejak usia dini, melalui pendidikan Pendidikan mengenai bahaya narkoba harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan pendidikan formal dan pendidikan non formal. Kurikulum pendidikan perlu memasukkan materi tentang bahaya narkoba dan cara pencegahannya. Pencegahan narkoba melalui pendidikan harus dikemas secara akseleratif menyesuaikan dengan trend peruabahan zaman, di antaranya melalui media sosial dan berbagai platform digital yang punya pengaruh signifikan terhadap meningkat kesadaran masyarakat agar menjauhi bahkan anti terhadap narkoba.
Pendidikan Agama: Variabel Pencegahan Narkoba
Pendidikan agama merupakan salah satu bidang yang sangat strategis dalam membentukan karakter individu dan karakter public. Dengan pengetahuan agama yang sangat memadai dalam berbagai persepktif, seseorang akan lebih mampu menolak godaan narkoba dan memilih jalan hidup yang sehat dan bermartabat. Ajaran agama menekankan pentingnya hidup dengan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan cinta kasih. Nilai-nilai ini membekali individu dengan landasan yang kuat untuk menolak segala bentuk penyalahgunaan narkoba. Pendidikan agama memperkuat aspek spiritual seseorang, memberikan makna dan tujuan hidup yang lebih tinggi. Dengan demikian, individu tidak mudah terjerumus ke dalam perilaku destruktif seperti penyalahgunaan narkoba karena memiliki pandangan hidup yang lebih luas dan bermakna. Melalui pendidikan agama, individu dibentuk menjadi pribadi yang berkarakter kuat, disiplin, dan memiliki kontrol diri yang baik. Karakter yang kuat ini menjadi tameng efektif dalam menghadapi berbagai tekanan dan godaan, termasuk narkoba yang berpotensi merusak masa depan kemanusiaan.
Selan itu, lembaga pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan lembaga keagamaan yang mengurusi rumah ibadah, seperti masjid, gereja, kelenteng, dan pura. Melalui kegiatan keagamaan, pesan anti narkoba dapat disampaikan secara lebih luas dan mendalam kepada masyarakat. Kemitraan tersebut juga diimbangi dengan kolaborasi dengan unsur kepala keluarga. Keluarga sebagai entitas pembina generasi yang pertama dan utama dalam masyarakat juga harus dilibatkan dalam pendidikan agama. Orang tua harus diberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan agama dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, sehingga mereka dapat mendukung dan memperkuat pendidikan agama di rumah. Keluarga adalah benteng pertama dalam melindungi generasi muda dari bahaya narkoba. Orang tua harus memberikan pendidikan dan teladan yang baik serta menciptakan kondisi internal keluarga yang nyaman, aman dan ramah terhadap beragam bakat minat anggota keluarganya secara kondusif.
Beberapa studi menunjukkan bahwa implementasi pendidikan agama yang tepat dapat secara signifikan mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba. Kajian yang telah diinisiasi oleh mayoritas lembaga Pendidikan tinggi menunjukkan bahwa generasi muda yang aktif dalam kegiatan keagamaan cenderung memiliki risiko lebih rendah untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Selain itu, program pendidikan agama yang dijalankan oleh pesantren-pesantren di Indonesia terbukti efektif dalam membentuk karakter santri yang kuat dan menjauhkan mereka dari pengaruh narkoba. Intinya Generasi muda harus diajak aktif berpartisipasi dalam kegiatan positif, seperti olahraga, seni, dan kegiatan sosial lainnya. Dengan begitu, mereka akan lebih memiliki kesibukan yang bermanfaat dan menjauhi narkoba.
Mewujudkan generasi Indonesia Emas tanpa narkoba bukanlah tugas yang ringan, namun juga tidak terlalu berat apabila diupayakan secara serius. Dengan semangat kolaborasi dan komitmen dari seluruh elemen bangsa, cita-cita ini dapat diwujudkan. Generasi muda Indonesia harus dilindungi dan dipersiapkan dengan baik agar mereka dapat menjadi pilar utama dalam mengidealkan Indonesia sebagai negara yang mampu berkompetisi dan berkontestasi secara terbuka di tahun 2045. Pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam memerangi penyalahgunaan narkoba. Melalui nilai-nilai moral, kekuatan spiritual, dan pembentukan karakter yang kuat, pendidikan agama mampu menjadi benteng yang kokoh dalam melindungi generasi muda dari ancaman narkoba. Oleh karena itu, integrasi pendidikan agama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kurikulum pendidikan formal dan kegiatan keluarga, sangatlah penting untuk menciptakan masyarakat yang bebas narkoba. Sebagai ikhiar spritual yang diseleraskan dengan kebudayaan dan kearifan lokal, pendidikan agama diharapkan mampu meyiapkan generasi yang berakhlak mulia secara batiniyah, fikriyah, jasmaniyah serta memiliki keselarasan dengan alam semesta, yang menjadi kunci pengamalan agama yang rahmatan lil alamin. Wallahu A’almu bisshawab. (Tulisan ini telah dimuat pada Suara Merdeka pada edisi 26 Juni 2024)
0 Comments